Selama Bulan Oktober 2013 dunia maya sempat dihebohkan berbagai peristiwa yang terpenting bagi kita di Indonesia tentu laporan terbitan sebuah lembaga riset dan konsultan IT Akamai (www.akamai.com). Didalam laporan tersebut Indonesia didudukkan diposisi pertama sebagai Negara hosting malware mengalahkan China.
Terlepas dari metode, maupun akurasi dari laporan tersebut beberapa aspek terkait dengan keamanan dan pemahaman user tentang security faktanya di Indonesia masih rendah. Kondisi tersebut dapat terlihat dari angka prevalensi malware Indonesia dibandingkan Negara lain di kawasan Asia Tenggara. Indonesia selalu berada diposisi kedua dibawah Negara Laos, sebuah Negara dengan tingkat kemajuan teknologi dibawah Indonesia.
Angka prevalensi Indonesia berkisar di angka belasan, bahkan memasuki minggu ke tiga Oktober sempat mencapai 21.31%. Sebuah angka prevalensi malware yang tinggi. Angka tersebut segera berangsur turun hingga 19.1% pada 29 Oktober. Data lengkap prevalensi di masing-masing Negara di kawasan Asia Tenggara dapat dilihat pada gambar berikut:
Yudhi Kukuh, Technical Consultant PT Prosperita-ESET Indonesia menyampaikan beberapa kondisi yang mendorong tingginya level infeksi dan traffic serangan dari Indonesia “Kesadaran masyarakat terhadap keamanan data masih minim, bisa dilihat dari level prevalensi Indonesia yang masih tinggi. User enggan mengalokasikan keuangan untuk software keamanan, dalam bentuk software Antivirus. Jikapun menggunakan Antivirus, cederung memilih versi illegal, seperti bajakan maupun versi crack asalkan murah, kalau bisa gratis. Cara memperolehnya bisa melalui berbagai cara yaitu membeli sedangkan versi crack-nya dicari di forum-forum komunitas di internet,” ujar Yudhi.
Ketidaktahuan user tentang ancaman, aspek keamanan dan perangkat untuk proteksinya membuat user tidak aware saat berinternet sehingga membuat user juga menjadi faktor pendorong penyebaran. Ketidak tahuan akhirnya juga menjadi salah satu celah yang dimanfaatkan oleh pelaku penyebaran malware. Dengan demikian, terbuka ruang bagi perkembangbiakan dan penyebaran virus komputer. Banyaknya warnet juga menjadikan penyebaran virus semakin marak. Volume pelanggan yang tinggi dan berbeda-beda, sehingga sulit untuk mengontrol pola perilaku pelanggan.
Patch pada system operasi, pada laporan 10 malware teratas Oktober 2013 yang disampaikan oleh situs Virus Radar terlihat beberapa virus seperti LNK/Autostart, INF/Autorun, Win32/Conficker masih bertengger diposisi atas. Faktanya malware tersebut memanfaatkan celah keamanan sistem operasi dan dapat dihindari bila sudah di-patch. Jadi bisa disimpulkan di Indonesia masih banyak sistem operasi yang tidak di-patch yang kemungkinan besar disebabkan oleh sistem operasi bajakan yang tidak melakukan update secara berkala.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 10 malware teratas yang beredar di system yang ada di Indonesia berikut ini:
Relatif tidak banyak berubah dari daftar 10 malware bulan-bulan sebelumnya sehingga bisa disimpulkan, keamanan system di Indonesia belum menjadi perhatian, dan banyak system operasi yang digunakan di Indonesia tidak di-patch. Pertanyaannya, jika patch gagal dilakukan di system yang kita gunakan, apakah system operasi yang digunakan masih software bajakan?