Bermain game seperti dua sisi mata uang, ada nilai positif dan negatif di dalamnya, pada sisi negatif salah satunya kecanduan game. Orangtua harus berhati-hati dan belajar mengenali tanda-tanda anak kecanduan game.
Di seluruh Eropa, setengah dari populasi berusia 6-64 tahun bermain video game, menurut badan industri ISFE. Jumlah tersebut meningkat secara signifikan untuk anak usia 6-10 tahun (68%), dan mereka yang berusia 11-14 (79%) dan 15-24 (72%).
Sementara di Indonesia, menurut laporan We Are Social pada tahun 2022 ada 94,9% sampel pengguna internet Indonesia yang memainkan video game di berbagai masyarakat.
Menurut beberapa penelitian lain, remaja mungkin menghabiskan tiga jam per hari untuk bermain game. Hal ini tidak akan menjadi masalah, selama mereka masih punya waktu untuk aktivitas lain.
Tetapi bagi sebagian orang yang awalnya hanya untuk bersenang-senang mungkin selama musim liburan terakhir, pada akhirnya dapat berubah menjadi obsesi, bahkan kecanduan. Orangtua yang peduli perlu mengetahui apa tanda-tanda peringatannya, dan apa yang dapat mereka lakukan untuk mengatasi masalah sebelum mereka lepas kendali.
Baca juga: Game Bajakan Berbahaya |
Tanda-tanda Anak Kecanduan Game
Orang tua yang tidak tumbuh dengan teknologi digital dan game on-demand terkadang cenderung bereaksi berlebihan tentang anak-anak mereka yang menghabiskan waktu terpaku pada layar.
Tapi kekhawatiran ini merupakan hal yang wajar dan perlu terutama terhadap orang-orang yang mungkin diajak bicara oleh anak-anak secara online, dampak pada tidur, suasana hati, dan perilaku mereka, bahkan kesehatan fisik mereka.
Jadi bagaimana orangtua bisa tahu jika anak mungkin kecanduan game?
-
Mereka mungkin mulai tenggelam dalam dunia digital sampai pada titik dimana mereka berhenti memperhatikan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan nyata.
-
Tidak memperhatikan kebersihan diri atau makan
-
Menghindari kontak langsung dengan teman-temannya
-
Mereka tampak mudah tersinggung dan gelisah saat tidak memainkan permainan favorit mereka
-
Mereka tampak sangat lelah, atau sakit kepala atau sakit tangan/mata karena bermain dalam waktu lama
-
Mereka menolak pergi ke sekolah untuk bermain lebih banyak
-
Mereka mengalami kesulitan untuk tidur
-
Mereka berbohong tentang berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk bermain
-
Setiap upaya untuk membatasi waktu layar mereka mengarah pada konfrontasi / ledakan kemarahan besar
Tantangan bagi orang tua adalah jika anak mengalami salah satu dari gejala ini, mungkin bukan karena mereka kecanduan game. Sebaliknya, banyak pecandu game tidak menunjukkan semua gejala tersebut.
Cara terbaik untuk maju adalah membicarakan kekhawatiran Anda dengan mereka, dan jika gagal, bagikan kekhawatiran ini dengan guru anak Anda.
Baca juga: Bermain Games Bantu Tumbuh Kembang Anak |
Mengurangi Waktu Bermain Game Anak-anak
Jika Anda khawatir tentang jumlah waktu yang dihabiskan anak untuk bermain game setiap minggu, pertimbangkan langkah-langkah berikut sebagai metode yang baik untuk memulai:
1. Berkomunikasi
Apapun yang terjadi, teruslah berbicara, anak membutuhkan bimbingan tetapi mereka juga membutuhkan arena yang terbuka dan tidak menghakimi untuk berbagi keprihatinan dan perasaan mereka sendiri. Berhenti saling menyalahkan dan cobalah untuk lebih memahami satu sama lain.
2. Bangun kepercayaan
Bagian dari proses komunikasi ini adalah tentang membangun kepercayaan dan saling percaya satu sama lain.
Memberi tahu anak apa yang harus dilakukan hanya akan memaksa perilaku negatif di balik layar. Bersikaplah seterbuka dan berempati mungkin tentang pengalaman yang dialami anak-anak saat mereka tumbuh dewasa.
3. Kerjakan batasan bersama
Sama seperti Anda harus mencoba untuk menghindari mendikte perintah kepada anak, tahan juga keinginan untuk menyita perangkat atau konsol mereka.
Duduklah bersama untuk menyusun rencana mengurangi waktu layar, mungkin dengan mencopot pemasangan aplikasi game di perangkat tertentu. Ini mungkin harus dilakukan secara bertahap.
Tentukan batas waktu harian untuk bermain game atau batas waktu untuk penggunaan Wi-Fi rumah. Melakukan ini bersama berarti Anda memiliki peluang sukses yang lebih besar.
Baca juga: 7 Cara Gamer Hadapi Hacker |
4. Rencanakan jeda digital
Dengan cara yang mirip dengan cara di atas, pertimbangkan untuk duduk bersama anak untuk merencanakan berhenti sejenak dari perangkat/konsol mereka.
Ini bisa menjadi waktu luang atau quality time selama beberapa jam atau bahkan akhir pekan. Cobalah dan lakukan sesuatu yang menarik yang dinikmati bersama, dan pertahankan tingkat dorongan/motivasi setinggi mungkin.
5. Aplikasi parental control
Perangkat lunak khusus dapat memblokir akses ke aplikasi game tertentu dan/atau membatasi penggunaannya berdasarkan batas waktu.
Jika khawatir anak tidak mematuhi kesepakatan mereka, ini mungkin cara yang berguna untuk meminimalkan waktu layar. Namun, selalu jelaskan mengapa Anda menggunakan alat tersebut.
6. Utamakan keselamatan
Selain kekhawatiran seputar penggunaan situs game yang berlebihan, banyak orang tua juga khawatir tentang dengan siapa anak-anak mereka berinteraksi secara online dan jenis konten yang mereka lihat. Aplikasi parental control dapat mengelola masalah kedua.
Tetapi orangtua juga harus siap untuk duduk bersama anak-anak mereka untuk memastikan mereka mengetahui tentang kemungkinan bahaya yang dihadapi di dunia digital.
Menjaga Anak tetap Aman
Anak-anak lebih paham internet, tapi pastikan mereka memahami risiko berbagi informasi pribadi secara berlebihan, dan bahaya predator online.
Mereka harus bisa memberi tahu orangtua apa pun tanpa harus dihakimi. Orangtua kadang bisa lupa betapa stresnya tumbuh dewasa. Dalam konteks itu, bermain game bisa menjadi privilege yang luar biasa dari semua drama dan emosi.
Game juga membantu anak-anak mengembangkan beberapa keterampilan yang kelihatannya sepele seperti koordinasi tangan mata dan pemecahan masalah.
Namun penting juga untuk menjaga mereka tetap aman dan sehat, dan jika melihat tanda-tanda anak kecanduan game, maka segeralah turun tangan agar bisa mengatasi dengan cepat dan meminimalisir masalah.
Baca lainnya: |
Sumber berita: