Bullying atau perundungan adalah masalah global yang selalu ada. Masalah ini terjadi di berbagai tempat seperti sekolah, kantor bahkan di rumah. Menjadi topik yang sering diperbincangkan dan menjadi perhatian secara umum, penegak hukum, pejabat institusi pendidikan, pemerintah dan organisasi nirlaba terus berupaya agar kasus-kasus perundungan dapat diminimalisir.
Dengan mengglobalnya teknologi digital, masalah meluas ke ranah online, dan penyebarannya semakin menjadi-jadi, bahkan terus membesar. Tiada hari terlewati tanpa bullying di media sosial, siapa saja, tidak pandang bulu, jabatan ataupun kekuasaan dapat menjadi korban perundungan. Setiap stakeholder sudah melakukan inovasi dengan melengkapi platformnya dengan berbagai fitur untuk dapat menekan perundungan. Dan upaya-upaya semacam ini harus terus dilakukan untuk dunia yang lebih damai di masa depan.
Berikut ESET akan memaparkan lebih rinci mengenai perbedaan antara perundungan yang dilakukan secara langsung di dunia dan bullying yang dilakukan secara daring.
Anonim
Dalam intimidasi langsung, korban sangat menyadari siapa pelaku perundungan atau pengganggu. Bahkan mereka berani terang-terangan mencaci maki, memfitnah atau mempergunjingkan target sasarannya. Di sisi lain, cyberbullies memiliki keuntungan ekstra: internet dapat memberi mereka perlindungan dengan anonimitas. Para pelaku bersembunyi di balik nama samaran dan gambar profil palsu di akun media sosialnya, cara agar identitas mereka tetap tersembunyi tanpa diketahui. Karena para korban tidak tahu siapa penindas mereka, hal itu bertujuan agar meminimalisir kemungkinan untuk ditangkap.
Kemudahan akses
Menurut penelitian Pew Research baru-baru ini, 59% dari remaja telah mengalami beberapa bentuk cyberbullying. Semua tersebut terjadi bukan hanya karena daya tarik dari anonimitasnya, tapi juga kemudahan akses. Menggertak seseorang secara tatap muka melibatkan penyerang, korban, dan mungkin beberapa orang yang bisa menjadi saksi. Tetapi, di internet, intimidasi dapat menyebar dan membakar layaknya api yang diguyur bensin dan memiliki banyak rupa, mulai dari mengancam melalui pesan langsung hingga rumor publik, dan gambar-gambar photoshop dari korban. Lebih buruk lagi, pelaku intimidasi bisa lebih dari satu orang, bahkan dapat menjadi efek bola salju pada korban sehingga menjadi korban perundungan secara terus menerus.
Konektivitas
Bicara perundungan tradisional, lebih mudah mencari perlindungan di tempat lain, karena tindakan itu sendiri tergantung pada kedekatan fisik dengan pelaku. Hal yang sama tidak dapat dilakukan dalam cyberbullying, karena korban adalah target di mana pun mereka berada, selama terhubung, sesuatu yang jarang dapat dihindari di era digital ini. Intimidasi yang tak henti-hentinya seperti itu bahkan dapat menyebabkan korban merasa tidak aman di tempat yang seharusnya mereka rasa paling aman: rumah mereka.
Tanpa beban
Pelaku perundungan daring cenderung lebih terlepas dari tindakan mereka, dan yang lebih penting dari konsekuensi tindakan mereka, karena mereka tidak memiliki interaksi tatap muka dengan korban mereka. Sederhananya: karena mereka tidak bisa melihat apa tindakan mereka terhadap para korban, mereka cenderung merasa sedikit atau tidak ada penyesalan.
Dalam kasus cyberbullying, ini seperti melepaskan racun, termasuk di antaranya perilaku yang tidak pantas atau bahkan antisosial seperti bahasa kasar atau ancaman. Orang-orang yang online dapat berperilaku berbeda dengan bagaimana mereka berperilaku dalam kehidupan nyata, karena mereka merasa memiliki penghalang dan percaya bahwa tidak akan ada konsekuensi atas tindakannya.
Jejak digital
Dalam web, apa yang terjadi di sana akan tetap ada, jejak digital yang sulit untuk dihilangkan, dimana sesuatu yang privasi bisa menjadi rahasia publik atau umum yang mudah diumbar setiap waktu .
Ini juga berlaku untuk segala hal desas-desus atau gambar bully yang dapat diposting secara online untuk dilihat orang lain. Dalam kasus seperti ini, korban dapat meminta penyedia layanan untuk menurunkan posting. Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, dan layanan utama lainnya semuanya memiliki bagian situs khusus yang akan membantu mengatasi masalah semacam ini. Bahkan ada perusahaan yang berspesialisasi dalam memburu data dan kemudian meminta situs web untuk menghapus informasi atau setidaknya membuatnya sulit ditemukan.
Apa yang harus dilakukan
Perundungan daring dalam bentuk apa pun adalah topik yang sangat sensitif, yang bisa sangat sulit untuk dibicarakan. Ini mempengaruhi semua orang tanpa memandang usia, ras, jenis kelamin atau agama. Membuat korbannya merasa terisolasi, selalu ingat bahwa selalu ada orang yang peduli dan menyayangi, menunjukkan bahwa Anda tidak sendirian, jadi jangan takut untuk berbicara tentang masalah ini dan mencari bantuan.
Ingatlah bahwa itu bukan sebuah kesalahan dan tidak selayaknya diperlakukan semacam itu. Tidak ada yang pantas diintimidasi dalam keadaan apa pun, tidak peduli siapa mereka, bagaimana penampilan mereka atau apa yang mereka yakini.
Jangan menyimpannya sendiri, bicaralah dengan seseorang yang Anda percayai. Bisa itu orang tua, guru, bos atau mereka yang profesional dalam permasalahan perundungan. Mereka semua ada di sini untuk membantu dan mendukung Anda.
Simpan bukti cyberbullying, cetak, screenshot, simpan bukti tersebut. Apakah itu berupa email, posting blog, posting media sosial atau pesan langsung, simpan semua catatan tersebut, sebagai alat bukti bukti saat melaporkan perilaku tersebut.