
Credit image: Freepix
Pentingnya Tim dan Respons yang Tepat dalam Keamanan Siber – Sebuah skenario hipotetis menggambarkan betapa pentingnya memiliki tim keamanan siber yang memadai dan mengikuti prosedur respons insiden yang benar.
Kisah ini berpusat pada seorang analis keamanan siber tunggal di sebuah perusahaan menengah yang harus menghadapi serangan ransomware sendirian di luar jam kerja.
Baca juga: Ketika Ketergantungan pada Ponsel Merenggut Ketenangan |
Kesalahan-Kesalahan Fatal Analis
Dalam skenario ini, analis tersebut melakukan beberapa kesalahan fatal yang berpotensi membahayakan perusahaan secara hukum dan finansial:
Bertindak Sendirian
Perusahaan menengah yang hanya mengandalkan satu staf keamanan siber adalah sebuah red flag. Mengelola ribuan notifikasi dan mendeteksi ancaman canggih adalah tugas besar yang tidak bisa ditangani oleh satu orang.
Pelaku ransomware seringkali melancarkan serangan bertahap dan bergerak secara sembunyi-sembunyi di dalam jaringan. Melawan serangan sebesar ini sendirian adalah tindakan yang sia-sia.
Mengabaikan Peringatan
Analis tersebut hanya memiliki pengetahuan dasar tentang alat deteksi dan cenderung mengabaikan notifikasi yang “terlalu banyak”. Solusi seperti EDR/XDR dapat mendeteksi perilaku mencurigakan.
Misalnya saat penyerang mengeksploitasi layanan desktop jarak jauh (RDS) untuk menyusup ke seluruh jaringan. Jika notifikasi ini diabaikan, bukan salah produk, melainkan salah prosedur.
Mengabaikan Bukti Digital
Analis gagal menyimpan file log penting, yang merupakan bukti krusial dalam kasus pelanggaran. Ia juga tidak memberitahu anggota tim lain tentang hal ini.
Tindakan ini memutus rantai pengawasan bukti (chain of custody), sehingga integritas bukti dipertanyakan. Dalam proses hukum atau klaim asuransi, hal ini dapat merugikan perusahaan.
Respons Insiden dan Forensik Digital
Pelanggaran siber dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh analis di atas menunjukkan pentingnya Digital Forensic Incident Response (DFIR).
- Respons Insiden: Fokus pada tindakan langsung saat insiden terjadi, seperti mengidentifikasi, mengatasi, dan memulihkan sistem dari serangan.
- Forensik Digital: Proses investigasi yang dilakukan setelah respons insiden untuk mencari tahu: siapa, apa, di mana, dan mengapa insiden tersebut terjadi.
Proses DFIR sama pentingnya dengan investigasi di tempat kejadian perkara, di mana setiap bukti dikumpulkan, didokumentasikan, dan dijaga agar tidak terkontaminasi. Tujuannya bukan hanya untuk memulihkan sistem, tetapi juga untuk:
- Mencari Celah Keamanan: Mengidentifikasi titik lemah yang dieksploitasi penyerang.
- Membangun Ketahanan: Menggunakan temuan untuk meningkatkan pertahanan di masa depan.
- Memenuhi Kepatuhan Hukum: Dokumentasi yang jelas dan terstruktur sangat penting untuk memenuhi persyaratan hukum dan klaim asuransi, serta menghindari denda yang besar.
Mengapa Solusi Eksternal Penting
Skenario di atas bukanlah hal yang tidak masuk akal. Banyak UKM menghadapi masalah serupa: kekurangan anggaran dan staf keamanan siber. Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa solusi eksternal yang dapat dipertimbangkan:
- Managed Service Provider (MSP): Meskipun dapat membantu mengelola operasional IT, MSP tidak secara khusus berfokus pada DFIR.
- Managed Security Service Provider (MSSP) atau Managed Detection and Response (MDR): Layanan ini menyediakan tim ahli dan alat khusus yang dapat menangani seluruh siklus hidup insiden keamanan. Mereka dapat memberikan bantuan DFIR, perburuan ancaman proaktif, dan layanan respons 24/7, sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan fatal seperti yang dilakukan analis tunggal dalam cerita ini.
Kesimpulan: DFIR memainkan peran vital dalam proses respons insiden. Dengan membangun postur “pencegahan-pertama” dan melakukan analisis pasca-insiden yang mendalam, perusahaan dapat belajar dari kesalahan, menambal celah keamanan, dan menjadi lebih siap menghadapi ancaman di masa depan.
Sumber berita: