
Credit image: Freepix
Mengatasi FOMO pada Anak di Era Digital – Pernahkah Anda melihat anak Anda tiba-tiba terdiam setelah melihat-lihat ponselnya? Atau mereka terlihat sedih karena kegiatan yang dibagikan teman-teman mereka di media sosial yang tidak mereka ikuti?
Meskipun anak Anda tidak mengungkapkannya secara langsung, mereka mungkin mengalami FOMO (Fear of Missing Out)—kecemasan halus namun kuat yang dihadapi banyak anak di era digital.
Kabar baiknya, dengan strategi sederhana dan praktis, Anda bisa membantu anak membangun kepercayaan diri, menemukan kembali kebahagiaan, dan mengembangkan hubungan yang lebih sehat dengan dunia digital.
Baca juga: Bisnis Pencurian Informasi |
Memahami FOMO pada Anak
FOMO menggambarkan perasaan cemas yang dialami anak-anak (dan juga orang dewasa) ketika mereka merasa orang lain sedang menikmati pengalaman seru tanpa mereka.
Ketakutan ini sering diperkuat oleh media sosial, di mana setiap orang terlihat menjalani kehidupan yang sempurna. Anak-anak mungkin kesulitan mengelola emosi yang muncul saat melihat konten online yang terkurasi, yang dapat menyebabkan perasaan tidak berharga, terasing, atau cemas.
FOMO bahkan tidak hanya terbatas pada media sosial atau anak yang lebih tua. Bayi dan balita juga bisa mengalaminya, yang dikenal sebagai Toddler FOMO atau Baby FOMO.
Ini adalah kecemasan yang dirasakan anak kecil ketika mereka merasa ketinggalan sesuatu yang menarik di sekitar mereka, yang seringkali memicu ledakan emosi saat waktu tidur atau rutinitas lainnya.

6 Tips Praktis untuk Membantu Anak Mengatasi FOMO
Jadikan Media Sosial Ruang Positif
Alih-alih melarang media sosial sepenuhnya, ajari anak untuk mengubahnya menjadi ruang yang positif. Ajak anak berbicara tentang akun dan konten yang mereka ikuti.
Jika ada akun yang menimbulkan perasaan iri, tidak berharga, atau terasing, dorong mereka untuk berhenti mengikuti (unfollow) atau membisukan (mute) akun tersebut.
Tantang Ilusi Kesempurnaan Online
Media sosial seringkali hanya menampilkan hal-hal yang bagus (highlight reel) dan bukan gambaran keseluruhan. Ingatkan anak Anda secara rutin bahwa setiap orang mengalami pasang surut, meskipun mereka tidak selalu membagikan hal-hal yang buruk.
Diskusikan perbedaannya dengan foto-foto yang dipoles di media sosial dan tekankan bahwa momen biasa dan tidak sempurna juga memiliki nilai.
Baca juga: Mendeteksi Penipuan Online |
Kembangkan Rasa Syukur dan Kesadaran Emosional
FOMO sering tumbuh subur ketika anak mengabaikan hal-hal positif dalam hidup mereka sendiri. Mendorong rasa syukur membantu mengalihkan fokus mereka kembali ke realitas, menghargai apa yang sudah mereka miliki.
Bangun Kepercayaan Diri Melalui Pengalaman Bermakna
Anak yang kurang percaya diri lebih rentan terhadap FOMO. Dorong anak untuk mengeksplorasi hobi atau minat yang benar-benar mereka sukai, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sukarela.
Dorong Keterlibatan Digital yang Aktif
Alih-alih hanya menggulir layar secara pasif, ajak anak untuk menjadi pengguna perangkat yang aktif dan kreatif, misalnya dengan:
- Fotografi.
- Membuat seni digital.
- Mengedit video.
Keterlibatan aktif ini membuat anak merasa lebih memegang kendali atas interaksi online mereka.
Seimbangkan Keterlibatan Digital dengan Waktu Bebas Ponsel
Sama pentingnya untuk mengajarkan anak tentang nilai istirahat dari layar. Periode bebas ponsel yang disengaja membantu anak terhubung kembali dengan lingkungan sekitar, keluarga, dan teman-teman.
Dengan menerapkan strategi praktis ini, Anda tidak hanya membantu anak mengelola FOMO, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan seumur hidup untuk berkembang baik di dunia online maupun offline.
Mengatasi FOMO bukanlah tentang menghindari teknologi sepenuhnya, melainkan tentang membimbing anak untuk mengembangkan ketahanan, kepercayaan diri, dan hubungan yang lebih sehat dengan dunia digital mereka.
Sumber berita: