Skip to content

PROSPERITA IT NEWS

Informasi seputar IT Security

  • Sektor Bisnis
  • Sektor Personal
  • Edukasi
  • Mobile Security
  • Teknologi
  • Ransomware
  • Tips & Tricks
  • Home
  • Edukasi
  • 10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying
  • Edukasi
  • Sektor Personal

10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying

3 min read
10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying

Credit image: Freepix

10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying – Sayangnya, cyberbullying atau perundungan siber semakin meningkat. Data dari Cyberbullying Research Center menunjukkan bahwa 58% siswa sekolah menengah di AS pernah mengalami pelecehan online.

Angka ini meningkat pesat dari 37% pada tahun 2019. Data lain mengklaim bahwa 43% pemain gim remaja pernah menjadi korban bullying.

Orang tua memang khawatir dengan tren ini. Namun, seberapa banyak dari yang Anda yakini itu benar? Sama seperti fenomena online lainnya, setengah kebenaran, mitos.

Dan kesalahpahaman dapat mengaburkan realitas cyberbullying, sehingga sulit bagi Anda untuk membuat keputusan yang tepat. Mari kita bongkar beberapa kesalahpahaman yang paling umum:

Baca juga: Ciri-ciri Anak Korban Cyberbullying

10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying

10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying
Credit image: Freepix


“Apa yang terjadi online akan tetap di online.”

Cyberbullying memang dimungkinkan oleh teknologi, tetapi akar masalahnya ada pada psikologi manusia. Penindas bisa jadi memiliki masalah:

  • Harga diri yang rendah.
  • Tekanan dari teman sebaya.
  • Mencari perhatian.

Pelecehan yang terjadi secara online pasti memiliki dampak psikologis yang nyata di dunia nyata.

“Itu cuma kenakalan anak-anak.”

Menganggap bullying sebagai bagian normal dari tumbuh kembang anak akan meremehkan dampaknya. Cyberbullying dapat memiliki dampak jangka panjang yang serius pada perkembangan sosial dan emosional korban. Selain itu, bullying juga tidak hanya terjadi pada anak-anak.

“Abaikan saja, nanti akan berhenti sendiri.”

Tindakan ini jarang berhasil. Bahkan, mengabaikan justru bisa membuat penindas merasa lebih berani karena mengira aksinya berhasil.

Melaporkan perilaku perundungan tidak akan memperburuk keadaan, justru bisa menjadi langkah awal untuk mengakhiri masalah.

“Anak saya akan menceritakan jika ada yang salah.”

Anak-anak mungkin merasa terlalu malu, terhina, atau takut dihukum jika mereka mengungkapkan masalahnya. Mereka mungkin khawatir perangkat mereka akan disita.

Penting untuk meyakinkan mereka bahwa Anda ada untuk mendukung, bukan menghakimi atau menghukum.

Baca juga: Cyberbullying Ancaman Kejahatan Siber yang Menghantui Dunia Digital

“Menyita perangkat adalah solusi.”

10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying
Credit image: Freepix


Menyita ponsel anak tidak akan menyelesaikan masalah cyberbullying. Jika mereka dirundung di sekolah, pelecehan dapat berlanjut secara offline. Hukuman ini hanya akan menyenangkan penindas dan merusak hubungan Anda dengan anak.

“Sulit sekali mengidentifikasi penindas online.”

Meskipun anonimitas online terkadang membuat penindas merasa berani, kenyataannya sebagian besar penindas mengenal korbannya.

Platform media sosial juga memiliki kemampuan untuk mengungkap identitas pengguna yang melanggar aturan melalui pelecehan atau perundungan.

“Cyberbullying mudah dikenali.”

Cyberbullying tidak meninggalkan bekas fisik, tetapi dapat merusak mental. Ini membuat orang tua sulit mendeteksinya, apalagi jika komunikasi terbuka dengan anak masih jarang. Perubahan perilaku, suasana hati, atau penurunan prestasi akademik yang tiba-tiba bisa menjadi indikator.

“Penindas siber adalah orang jahat yang terasing.”

Faktanya, banyak penindas melakukan aksinya karena mereka sendiri pernah diintimidasi atau dilecehkan, memiliki harga diri rendah, atau terpengaruh tekanan teman sebaya.

Menyamakan mereka dengan sosok iblis adalah hal yang mudah, tetapi kenyataannya lebih kompleks dari itu.

Baca juga: Konsekuensi Cyberbullying

“Cyberbullying adalah penyebab utama bunuh diri.”

Data resmi AS menunjukkan bahwa ada hubungan antara cyberbullying dan percobaan bunuh diri, tetapi korelasi tidak berarti kausalitas.

Ada banyak alasan mengapa seseorang ingin mengakhiri hidupnya, dan cyberbullying mungkin menjadi salah satunya atau bukan.

“Platform media sosial yang harus disalahkan.”

Platform media sosial sering kali disalahkan karena menjadi “fasilitator” cyberbullying. Namun, mereka semakin dipaksa oleh undang-undang untuk lebih mengawasi ekosistem mereka.

Meskipun terkadang sulit bagi algoritma untuk mendeteksi bullying (karena konteks, nuansa, dan bahasa gaul), mereka terus ditingkatkan. Namun, tetap penting bagi orang tua untuk berbicara dengan anak-anak mereka tentang risiko dan jebakan media sosial.

Catatan Penutup

Tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya menjadi korban cyberbullying. Tetapi mengisolasi mereka dari dunia digital justru bisa lebih berbahaya.

Kunci utamanya adalah tetap waspada terhadap tanda-tanda peringatan, menjaga komunikasi terbuka, dan menawarkan dukungan emosional (dan teknis). Buatlah rencana dan atasi masalah ini bersama-sama sebagai sebuah tim.

 

 

 

Baca artikel lainnya: 

  • Mengekang Manifestasi Cyberbullying di Dunia Maya
  • Orang Dewasa Bisa Menjadi Korban Cyberbullying.
  • Cyberbullying Kompleksitas Kehidupan Remaja
  • Filter DM Instagram Cegah Cyberbullying
  • 4 Prinsip Utama Mengatasi Perundungan di Sekolah
  • Minggu AntiBulyying Peran Orangtua Melawan perundungan
  • Panduan untuk Keluarga di Era Digital
  • Ponsel Buat Anak Sakit Fisik Mental dan Sosial
  • Algoritma dan Perkembangan Digital Anak
  • Aplikasi Pengasuhan Digital Terbaik

 

 

 

Sumber berita:

 

WeLiveSecurity

Continue Reading

Previous: Mengatasi FOMO pada Anak di Era Digital
Next: Ransomware yang Menyamar sebagai ChatGPT

Related Stories

Apakah Belanja di Etsy Aman? Apakah Belanja di Etsy Aman?
4 min read
  • Sektor Personal

Apakah Belanja di Etsy Aman?

August 25, 2025
Mengatasi FOMO pada Anak di Era Digital Mengatasi FOMO pada Anak di Era Digital
3 min read
  • Edukasi
  • Sektor Personal

Mengatasi FOMO pada Anak di Era Digital

August 22, 2025
Jerat Penipuan Finansial Deepfake Jerat Penipuan Finansial Deepfake
3 min read
  • Sektor Bisnis
  • Sektor Personal

Jerat Penipuan Finansial Deepfake

August 22, 2025

Recent Posts

  • Apakah Belanja di Etsy Aman?
  • Ransomware yang Menyamar sebagai ChatGPT
  • 10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying
  • Mengatasi FOMO pada Anak di Era Digital
  • ClickJacking Kerentanan Baru pada Manajer Kata Sandi
  • Jerat Penipuan Finansial Deepfake
  • Trojan GodRAT Khusus Targetkan Lembaga Keuangan
  • Perilaku Kamera Yang Berada di Bawah Pengaruh Peretas
  • Kode Sumber Trojan Perbankan ERMAC V3.0 Bocor ke Publik
  • Pengelabuan Karakter Unik Menipu

Daftar Artikel

Categories

  • Edukasi
  • Mobile Security
  • Ransomware
  • Sektor Bisnis
  • Sektor Personal
  • Teknologi
  • Tips & Tricks

You may have missed

Apakah Belanja di Etsy Aman? Apakah Belanja di Etsy Aman?
4 min read
  • Sektor Personal

Apakah Belanja di Etsy Aman?

August 25, 2025
Ransomware yang Menyamar sebagai ChatGPT Ransomware yang Menyamar sebagai ChatGPT
2 min read
  • Ransomware

Ransomware yang Menyamar sebagai ChatGPT

August 25, 2025
10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying 10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying
3 min read
  • Edukasi
  • Sektor Personal

10 Kesalahpahaman Teratas tentang Cyberbullying

August 25, 2025
Mengatasi FOMO pada Anak di Era Digital Mengatasi FOMO pada Anak di Era Digital
3 min read
  • Edukasi
  • Sektor Personal

Mengatasi FOMO pada Anak di Era Digital

August 22, 2025

Copyright © All rights reserved. | DarkNews by AF themes.