Perilaku user komputer menjadi faktor penting dalam menentukan tingkat keamanan komputer itu sendiri terutama saat terkoneksi dengan internet. Laporan Security Intelligence Report, membuka fakta yaitu komputer diseluruh dunia, 25% diantaranya tidak dilengkapi dengan perangkat antimalware.
Beberapa negara yang masuk kategori “hotspot” yaitu Mesir, dimana PC yang tidak terlindungi antivirus mencapai angka 40%. Sementara itu di Amerika mencapai 26%, dan Inggris 21%. Riset tersebut dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari penyedia jasa layanan internet yang meliputi 600 juta komputer diseluruh dunia. Laporan tersebut juga menyebutkan, PC yang tidak terlindungi rata-rata mengalami serangan malware sebanyak 5,5 kali. “Memasuki semester kedua tahun 2012, ada 2,5 dari 10 komputer didunia atau 25% komputer tidak terlindungi oleh software antivirus yang up-to-date.
Prosentase komputer yang tidak terproteksi sepanjang semester kedua tahun 2012
Menurut Microsoft, komputer yang tidak terlindungi terutama disebabkan karena beberapa aspek yang bisa berdiri sendiri maupun kombinasinya. Aspek penyebab tersebut diantaranya karena ketidaktahuan user, berakhirnya masa trial software antivirus, karena terinfeksi malware, maupun karena tertipu oleh software antivirus palsu.
Yudhi Kukuh, Technical Consultant PT. Prosperita-ESET Indonesia menyampaikan “Pada banyak kasus, karena untuk kebutuhan seperti bermain game online, software antivirus sengaja di-disable, tetapi kemudian mereka lupa untuk mengaktifkannya kembali”.
Sebelumnya ESET juga melakukan survey terhadap 1,000 PC gamer di Inggris dan hasilnya mencengangkan yaitu dari 1000 PC gamer 30% diantaranya mengakui mereka men-disable aplikasi keamanan sebelum mulai bermain. Akibatnya separuh dari mereka yang mendisable fitur keamanan terkena infeksi malware dan butuh lebih dari dua hari untuk melakukan perbaikan komputer agar kembali normal.
Temuan tersebut – tidak terlindunginya 25% komputer didunia – oleh Stephen Cobb, Salah seorang Peneliti Malware di ESET, dianggap sebagai “kondisi yang tidak mengejutkan ia bahkan menyatakan bahwa banyaknya komputer yang tidak terlindungi tidak hanya terjadi di komputer pribadi. Kondisi yang sama juga melanda komputer dibanyak lembaga baik bisnis maupun lembaga pemerintah. Berdasarkan laporan riset Third Annual Patient Privacy & Data Security Study, dengan sampel institusi kesehatan, “Survey yang dilakukan oleh Larry Ponemon dari Ponemon Institute, membuka fakta perilaku yang memprihatinkan terkait dengan cyber security terutama dalam menjalankan prosedur scanning antimalware di kalangan industri”. Demikian disampaikan Stephen Cobb.
Jangan abaikan penggunaan antivirus untuk memproteksi sistem perekaman data di lembaga kesehatan, karena faktanya 9 dari 10 lembaga dalam sampel survey tersebut ditemukan adanya kebocoran data setidaknya satu kali selama 2 tahun terakhir.
“Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan untuk melindungi komputer Anda, kita bisa mulai dari langkah yang paling dasar yaitu menginstal perangkat lunak antivirus yang up-to-date sekaligus mampu melakukan updating secara real time. Pilih antivirus yang ringan dan tidak mengganggu aktivitas (saat main game tidak mengeluarkan notifikasi). Dengan begitu, maka kita akan terhindar dari risiko menjadi korban kejahatan internet kita juga aman. ESET sendiri sudah memiliki teknologi yang mengenali aktivitas kita, saa memakai komputer full screen misalnya saat presentasi atas main game, tidak akan ada notifikasi yang mengganggu, “demikian menurut Yudhi Kukuh.