Di Inggris, unit usaha kecil atau small business sering jadi korban kejahatan cyber. Proporsinya juga lumayan tinggi yaitu 41% selama tahun 2012, padahal mereka tergabung dalam asosiasi semacam asosiasi UKM di Indonesia. Kejahatan cyber yang paling banyak adalah infeksi virus, 20% UKM di Inggris pernah jadi korban keganasan virus. Sementara itu ada 8% karena perilaku hakcing, dan 5% mengalami kebocoran data serta sisanya akibat bentuk kejahatan cyber lain.
Menurut British Federation of Small Businesses (FSB) kejahatan cyber yang makin marak beberapa tahun terakhir ini, berdampak pada meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan yang akhirnya mau tidak mau harus dibebankan pada sisi pengeluaran perusahaan. Jumlahnya tergolong besar yaitu rata-rata 4,000 pound atau sekitar (US$ 6000) setahunnya.
Secara total, biaya yang dikeluarkan oleh usaha kecil di Inggris sebagai dampaknya maraknya cybercrime sebesar 785 juta poundsterling atau sekitar (US$ 1.1 milyar) pertahun. Menurut British Federation of Small Businesses, adanya peningkatan biaya tambahan tersebut disebabkan pelaku usaha kecil di Inggris memilih untuk tidak menggunakan internet karena takut akan serangan-serangan dari pelaku kejahatan internet. Sehingga beberapa pekerjaan yang bisa ditangani dengan menggunakan internet kembali dilakukan secara manual.
Infografi berikut menunjukkan betapa luasnya penggunaan internet sebagai media untuk mendorong penigkatan daya saing UKM di Amerika.
Sementara itu di Indonesia?
UKM sebagai salah satu pilar penunjang perekonomian tentu menempati posisi penting dalam perekonomian Indonesia. Teknologi yang sedianya akan membantu mendorong peningkatan daya saing, ternyata masih menemui hambatan dalam proses pengadopsiannya, belum lagi resiko cybercrime yang dihadapi.
Pelaku UKM di Indonesia menghadapi situasi yang relatif berbeda karena faktanya belum banyak UKM yang menggunakan internet sebagai sarana penunjang. Terutama karena tingkat keterbukaan terhadap teknologi, dan alokasi investasi untuk Teknologi informasi yang masih minim. Disamping itu aspek pergeseran budaya dari menyimpan data tertulis ke penyimpanan data komputer juga menjadi kendala di tingkatan mereka untuk mengadopsi teknologi informasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan secara sektoral, pelaku UKM yang menggunakan komputer mencapai 54% dan yang menggunakan Internet baru mencapai kurang dari 30%.
Yudhi Kukuh, Technical Consultant PT. Prosperita-ESET Indonesia menyatakan “Optimalisasi penggunaan Internet, akan memberikan dampak yang positif karena mampu menjadi media untuk mendorong pertumbuhan bisnis usaha kecil, dan mampu menekan pengeluaran. Ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan secara lebih efektif dan efisien serta menjangkau wilayah yang lebih luas, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan daya saing bagi unit usaha kecil yang bersangkutan”
Hingga kini pemerintah tetap mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan internet di kalangan UKM. Disisi lain, penggunaan internet dikalangan UKM juga memiliki konsekuensi dan resiko keamanan sebagaimana pengguna internet pada umumnya, yang bisa membuat pelaku UKM menjadi takut untuk menggunakannya lebih lanjut. Pada situasi ini sudah cukupkah pemerintah memberikan edukasi tentang keamanan, dan sudah cukupkah masyarakat, terutama pelaku UKM terlindungi oleh UU ITE?
Terkait dengan keamanan Internet, Yudhi Kukuh manambahkan, “Pelaku usaha tidak boleh kalah terhadap Kejahatan Internet yang menyerang usaha kecil. Meskipun harus diakui cybercrime yang mentarget pelaku UKM adalah fenomena yang real, bahkan telah melewati fase lanjut. Sehingga aspek keamanan menjadi faktor penting dan jangan sampai terabaikan. Menghindari penggunaan teknologi yang mampu mengefisienkan dan mengefektifkan proses kerja akan berpotensi pada melambatnya pertumbuhan. Oleh sebab itu, pemanfaatan internet perlu dilengkapi dengan aplikasi keamanan yang handal dan sesuai kebutuhan. Disamping itu, perilaku user juga turut memegang peranan penting dalam menjaga keamanan sistemnya.
ESET menyimpulkan secara sederhana aspek-aspek krusial yang perlu diperhatikan dan masih dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lokal yang cenderung berbeda :
1. Aspek Pekerjaan:
- Ketahui pekerjaan apa saja yang menggunakan computer dan internet.
- Kenali potensi resikonya
- Jaga agar web, dan data operasional tetap terpisah
2. Aspek Staff atau Pengguna:
- Berikan Pendidikan dan Training pada staff
- Tempatkan staff atau tenaga khusus berkemampuan IT, alternatifnya adalah gunakan tenaga part timer.
3. Aspek Sistem (Hardware dan Software):
- Install hardware firewall
- Lengkapi system dengan software antivirus yang handal dan ringan sesuai kebutuhan dari skala usaha yang bersangkutan.
- Jaga software antivirus tetap update