
Credit image: Freepix
Bahaya rekam retina dibayar sekali risikonya seumur hidup. Tajuk ini diangkat melihat kehebohan imbal rekam retina di Bekasi beberapa waktu lalu, tujuannya untuk membangun kesadaran keamanan siber kepada masyarakat tentang risiko biometrik.
Belakangan ini, masyarakat Bekasi diresahkan dengan tawaran menggiurkan: imbalan uang sebesar Rp800.000 bagi siapa saja yang bersedia melakukan pemindaian retina.
Fenomena ini, meskipun tampak menguntungkan dalam jangka pendek, menyimpan potensi risiko keamanan siber yang signifikan, terutama jika dikaitkan dengan data biometrik.
Artikel ini akan mengupas tuntas bahaya di balik tawaran tersebut dan jenis kejahatan siber apa saja yang mungkin terjadi akibat pengumpulan data biometrik yang tidak bertanggung jawab.
Memahami Biometrik: Lebih dari Sekadar Sidik Jari
Biometrik merujuk pada data biologis unik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu secara otomatis. Contohnya meliputi sidik jari, pengenalan wajah, suara, pola iris mata, dan tentu saja, pemindaian retina. Retina, dengan pola pembuluh darahnya yang kompleks dan unik pada setiap individu, dianggap sebagai salah satu bentuk biometrik yang paling akurat dan sulit dipalsukan.
Dalam berbagai aplikasi, data biometrik menawarkan kemudahan dan keamanan, seperti akses perangkat, sistem keamanan gedung, hingga verifikasi identitas. Namun, keunikan dan sifat permanen data biometrik inilah yang menjadikannya target yang sangat menarik bagi pelaku kejahatan siber.
Baca juga: Jenis Otentikasi Biometrik |
Mengapa Harus Waspada

Tawaran imbalan uang untuk perekaman retina yang marak di Bekasi menimbulkan serangkaian pertanyaan mendasar dan kekhawatiran yang mendalam. Pertanyaan pertama yang muncul adalah mengenai identitas dan kredibilitas pihak yang berada di balik tawaran menggiurkan ini. Sangat penting untuk memahami apakah mereka merupakan organisasi yang terpercaya dan memiliki izin yang sah untuk mengumpulkan data biometrik yang sangat sensitif seperti retina.
Lebih lanjut, tujuan pengumpulan data retina ini juga perlu dipertanyakan secara kritis. Masyarakat berhak mengetahui secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan untuk apa sebenarnya data unik mereka akan digunakan. Apakah ini untuk tujuan penelitian yang jelas, pengembangan teknologi dengan etika yang dipertimbangkan, atau justru ada agenda tersembunyi yang patut dicurigai?
Aspek krusial lainnya adalah bagaimana data retina yang terkumpul akan disimpan dan diamankan. Mengingat betapa berharganya data biometrik bagi pelaku kejahatan siber, sistem penyimpanan yang lemah atau bahkan tidak terenkripsi dapat menjadi celah yang menganga bagi peretas untuk mencuri informasi sensitif ini.
Terakhir, kita juga perlu mempertimbangkan potensi penyalahgunaan data di masa depan. Meskipun tujuan pengumpulan data saat ini mungkin tampak tidak berbahaya, tidak ada jaminan absolut bahwa data retina tersebut tidak akan disalahgunakan di kemudian hari untuk tujuan-tujuan yang merugikan individu yang telah memberikannya. Kewaspadaan terhadap semua aspek ini menjadi sangat penting untuk melindungi diri dari potensi risiko keamanan siber yang mungkin timbul.
Baca juga: Untung Rugi Teknologi Biometrik |
Jenis Kejahatan Siber yang Mengintai Data Biometrik

Data biometrik, termasuk hasil pemindaian retina, memiliki nilai yang sangat tinggi di pasar gelap kejahatan siber. Berikut adalah beberapa jenis kejahatan yang mungkin terjadi jika data ini jatuh ke tangan yang salah:
- Pencurian Identitas (Identity Theft): Data biometrik dapat digunakan untuk membuat identitas palsu yang sangat sulit dideteksi. Ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tindak kriminal, mulai dari penipuan finansial hingga aktivitas ilegal lainnya.
- Akses Ilegal ke Sistem Keamanan: Jika data retina digunakan sebagai kunci akses ke sistem keamanan (misalnya, untuk membuka kunci perangkat atau mengakses area terbatas), maka data yang dicuri dapat digunakan untuk membobol sistem tersebut.
- Penipuan Finansial: Dengan identitas palsu yang didukung oleh data biometrik, pelaku dapat membuka rekening bank palsu, mengajukan pinjaman fiktif, atau melakukan transaksi keuangan ilegal lainnya atas nama korban.
- Manipulasi Sistem Verifikasi: Di masa depan, dengan semakin banyaknya sistem yang mengandalkan verifikasi biometrik, data retina yang dicuri dapat digunakan untuk memanipulasi sistem tersebut demi keuntungan pelaku.
- Pemerasan dan Penipuan yang Ditargetkan: Informasi yang terkait dengan data biometrik (misalnya, data demografis yang dikumpulkan bersamaan) dapat digunakan untuk melakukan pemerasan atau penipuan yang lebih personal dan meyakinkan.
- Serangan Rekayasa Sosial yang Lebih Canggih: Pelaku kejahatan siber dapat menggunakan informasi yang diperoleh dari data biometrik untuk membangun serangan rekayasa sosial yang lebih efektif, menipu korban agar memberikan informasi sensitif lainnya atau melakukan tindakan yang merugikan.
Baca juga: Mengungkap Bahaya Tersembunyi di Balik Kemudahan Teknologi |
Pentingnya Kesadaran Keamanan Siber

Kasus tawaran imbal rekam retina di Bekasi menjadi pengingat penting akan perlunya meningkatkan kesadaran keamanan siber di masyarakat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Jangan Mudah Tergiur Imbalan Besar: Tawaran uang yang tidak wajar untuk memberikan data pribadi, terutama data sensitif seperti biometrik, patut dicurigai.
- Verifikasi Identitas Pihak Pengumpul Data: Sebelum memberikan data apapun, pastikan Anda mengetahui dengan jelas siapa pihak yang meminta data tersebut, apa tujuannya, dan bagaimana mereka akan mengamankan data Anda.
- Pahami Risiko Data Biometrik: Sadari bahwa data biometrik bersifat unik dan permanen. Jika data ini bocor, dampaknya bisa jauh lebih besar dibandingkan kebocoran kata sandi yang masih bisa diubah.
- Lindungi Informasi Pribadi: Jangan sembarangan memberikan informasi pribadi Anda kepada pihak yang tidak dikenal atau tidak terpercaya.
- Laporkan Aktivitas Mencurigakan: Jika Anda menemukan tawaran atau aktivitas pengumpulan data yang mencurigakan, segera laporkan kepada pihak berwenang.
Tawaran imbal rekam retina di Bekasi mungkin tampak sebagai kesempatan untuk mendapatkan uang dengan mudah. Namun, di baliknya tersembunyi potensi risiko keamanan siber yang serius terkait dengan pengumpulan dan penyalahgunaan data biometrik. Masyarakat perlu lebih waspada dan berhati-hati terhadap tawaran serupa.
Keamanan data pribadi, terutama data biometrik yang unik dan permanen, adalah tanggung jawab bersama. Dengan meningkatkan kesadaran keamanan siber, kita dapat meminimalisir risiko menjadi korban kejahatan siber di era digital ini.
Dari penjelasan artikel tentang Bahaya rekam retina dibayar sekali risikonya seumur hidup di atas, semoga dapat menambah wawasan tentang biometrik dan risikonya.
Sumber berita: