Dewasa ini, dunia cyber mulai dari pelaku kriminal biasa, kelompok terorganisir, maupun Negara memanfaatkan teknologi canggih untuk meluncurkan serangan ke target tertentu dan semakin sulit dideteksi. Yang sangat mengkhawatirkan adalah serangan yang memiliki pola yang rumit, dilakukan dengan sangat rapi untuk mencuri data dan informasi rahasia, yang berharga, termasuk karya intelektual.
Sementara itu, perseteruan antara kejahatan cyber dan perusahaan belakangan ini, sepertinya dimenangkan oleh pelaku kejahatan. Artinya, selama ini pihak perusahaan yang kerap kali menjadi target selalu tidak berdaya dalam mengantisipasi potensi serangan. Sedangkan pelaku kejahatan, dengan gigih memanfaatkan teknologi yang dimiliki, selalu mencari titik lemah target, dan selalu ditemukan. Oleh sebab itu tidak aneh jika kita lebih sering membaca berita tentang peristiwa kebocoran data, pembajakan system computer di lembaga pemerintah maupun perusahaan. Demikian kesimpulan survey yang dilakukan oleh PriceWaterhouse Cooper bekerja sama dengan the CERT® Divisi Software Engineering Institute Universitas Carnegie Mellon, dan United States Secret Service terhadap 500 responden yang terdiri dari petinggi perusahaan, praktisi keamanan, dan profesi lain baik di sector publik maupun bisnis.
Lebih jauh lagi, PwC juga menyatakan “Sebagian besar lembaga tidak menganggap keamanan cyber sebagai aspek strategis” dan oleh sebab itu investasi dibidang keamanan belum menjadi kebijakan dan tidak dimasukan sebagai bagian dari resiko bisnis.
Pemerintah Amerika Serikat, kini telah menempatkan cybercrime diposisi teratas sebagai ancaman utama terhadap keamanan nasional, bahkan mengalahkan terorism, spionase, dan senjata penghancur massal atau weapons of mass destruction.”
Selengkapnya di http://www.welivesecurity.com/2014/05/29/cybercriminals-winning-arms-race-pwc-report-claims/
Laporan hasil survey PwC selengkapnya di http://pwc.to/1lQUoQk