Bulan November yang lalu tercatat sederet serangan dunia maya yang tergolong cybercrime, dan mentarget perusahaan atau lembaga publik, yang mengincar data staf. Modus infeksi juga masih menggunakan cara yang umum digunakan yaitu melalui email bermuatan Trojan, lalu mengakses data server dan menggangsir data. Nampaknya data yang disukai oleh pelaku adalah data personel baik staff perusahaan maupun customer atau klien dari perusahaan korban. Selanjutnya data tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai “kebutuhan”. Bisa dijual, atau digunakan sendiri sebagai sasaran kejahatan selanjutnya.
Masih dibulan yang sama, dunia maya juga diramaikan dengan merebaknya Malware Filecoder atau Ransomware. Trojan Filecoder tersebut meng-encrypt file di komputer yang terinfeksi. File yang menjadi sasaran untuk dienkripsi meliputi sejumlah besar file extention. Hasil monitoring ESET terhadap malware tersebut menunjukkan ada 71 file extention yang menjadi sasaran Filecoder.
Pelaku juga secara terang-terangan meminta bayaran untuk men-decrypt file korban, dengan cara pembayaran yang beragam, bisa dengan transfer bank, MoneyPak, Ukash, maupun Bitcoin. Nominal tebusan mulai dari $100 hingga $300 bahkan $3000. Mengingat keuntungan financial yang bisa diperoleh, maka tidak heran jika filecoder terus dibiakkan menjadi varian-varian yang lebih baru.
Penanganan filecoder terbilang sulit sehingga tidak sembarang user bisa melakukan cleaning terhadap malware tersebut. ESET yang telah mendeteksi malware filecoder sejak varian awal hingga varian terbaru, telah meluncurkan aplikasi untuk cleaning filecoder yang bisa didownload di situs www.virusradar.com.
Prevalensi Malware Indonesia Kasus infiltrasi Trojan Filecoder aktifitasnya juga tercatat di Indonesia, dengan frekuensi yang relatif rendah meskipun tidak bisa dianggap enteng. Sedangkan prevalensi malware Bulan November, Indonesia mencatat malware yang kurang lebih sama seperti bulan sebelumnya. Tercatat Ramnit, Autostart, Sality masih berada di tiga besar malware yang beredar di Indonesia.Secara lengkap 10 malware dengan prevalensi tertinggi di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
“Keamanan dunia maya Indonesia relative tidak bergeser dari bulan-bulan sebelumnya, dimana malware lama masih mendominasi, dan prevalensinya tidak bergerak jauh dari periode sebelumnya, meski aktifitas infiltrasi diramaikan dengan munculnya malware baru dengan modus baru yang lebih canggih” demikian disampaikan Technical Consultant PT. Prosperita-ESET Indonesia, Yudhi Kukuh.
Sementara posisi Indonesia di kalangan Negara-negara ASEAN juga tidak berubah. ESET LiveGrid mencatat presentase infiltrasi malware di sistem komputer Indonesia mencapai 17.18% mengalami penurunan dari 19.1% dari bulan sebelumnya. Sedangkan trend menunjukkan sebagian besar Negara di Asia Tenggara tingkat keamanannya membaik, dilihat dari adanya penurunan prevalensi malware sebesar antara 5.2% di Malaysia dan 13% di Thailand. Sedangkan tingkat prevalensi di Indonesia menurun sebesar 10.1%.
Gambaran posisi Indonesia dalam hal tingkat infiltrasi malware di Asia Tenggara menurut catatan ESET LiveGrid dapat disaksikan pada peta prevalensi malware berikut ini:
Dari data tersebut bisa disimpulkan tingkat keamanan dan kesadaran akan keamanan terhadap sistem komputer di Indonesia belum berubah banyak. Faktor pemicu yang menyebabkan kondisi tersebut bisa beragam. Salah satunya adalah laju pertumbuhan atau infiltrasi teknologi informasi yang sangat tinggi tidak sebanding dengan pertumbuhan tingkat kesadaran user yang akan keamanan komputer dan internet.
“Maraknya penggunaan program bajakan dan kebiasaan mendownload file dari lokasi yang tidak resmi di Indonesia turut mempengaruhi tingkat keamanan jagat maya Indonesia karena program bajakan, faktanya sangat rentan infiltrasi malware. Untuk mendapatkan tingkat keamanan optimal pada system dan data, direkomendasikan kepada user untuk selalu melengkapi sistemnya dengan aplikasi keamanan yang ter-update secara berkala dan lakukan back up data. Disamping itu, dituntut kewaspadaan sebelum membuka email yang mencurigakan” demikian ditambahkan oleh Yudhi Kukuh.