Beberapa hari belakangan kita dikejutkan dengan laporan hasil riset yang dilakukan oleh lembaga riset Akamai tentang traffic serangan malware di Indonesia, sehingga Indonesia didudukan di posisi teratas sebagai Negara dengan traffic malware tertinggi. Sebelumnya ESET Indonesia menerbitkan laporan prevalensi malware sepanjang tahun 2013, dimana traffic malware di Indonesia mencapai titik tertinggi yaitu pada Bulan September lalu dengan level prevalensi 20.09%. Secara lengkap dapat dilihat di blog ESET Indonesia http://bit.ly/1a6vZ8.
Awalnya sulit dipercaya, Indonesia yang pengguna internetnya baru seperempat dari total populasi bisa menciptakan masalah malware sedemikian besar. Martin McKeay, Senior Security Advocate Akamai menyampaikan “Laporan tentang traffic serangan lansiran Akamai didasarkan pada traffic yang diterima server di IP Space yang tidak terpublikasi. Tidak bisa dipastikan mengapa sistem melakukan koneksi ke alamat IP tersebut, sehingga semua traffic terkait dengan IP Space tersebut, pada tingkat tertentu dianggap berbahaya.”
Maware traffic di Indonesia dan Negara lain didunia dapat dilihat pada gambar berikut :
Sumber: q2-2013 infographic report, www.akamai.com, Oktober 2013
Sedangkan gambaran user computer, dan internet di Indonesia masih cenderung jauh dari kesadaran akan keamanan. Yudhi Kukuh, Technical Consultant PT. Prosperita-ESET Indonesia mengomentar hal tersebut, “Pertama, minimnya kesadaran masyarakat akan keamanan computer, hal tersebut termanifestasi pada keengganan mengalokasikan keuangan untuk menambah software tambahan, dalam bentuk software Antivirus. Jikapun menggunakan Antivirus, cederung memilih versi gratis yang diperoleh melalui berbagai cara. Membeli versi bajakan atau mencari versi cracknya di forum-forum komunitas di internet”.
Kedua adalah ketidak tahuan user tentang keamanan, dan perangkat untuk proteksinya. Kondisi tersebut berakibat pada terbukanya ruang bagi perkembang biakan dan penyebaran virus komputer “Pertumbuhan warnet yang pesat menjadi tempat penyebaran virus yang paling ramai. Customer dari warnet tersebut juga banyak sekali dan berbeda-beda. Sehingga sangat sulit untuk mengkontrol pola perilaku pelanggan”.
Ketiga, Dari http://www.virusradar.com/statistics/10/id dapat kita lihat LNK/Autostart / INF/Autorun / Win32/Conficker masih dalam 10 malware teratas, yang berarti masih banyak sistem operasi yang tidak dipatch (baca: bajakan) karena tipical malware tersebut memanfaatkan celah keamanan sistem operasi dan dapat dihindari bila sudah dipatch. Komputer yang belum dipatch ini ditambah dengan kesadaran menggunakan sistem antimalware yang rendah menyebabkan banyak komputer menjadi BOTNET’s zombies yand bisa dikontrol dari pihak lain, yang bisa saja bukan dari Indonesia.
Jumlah Pengguna Internet yang tumbuh pesat
Data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia-APJII menunjukkan tingkat penetrasi internet di Indonesia. Pada 2011 internet user di Indonesia mencapai 55 juta, tahun berikutnya 63 juta, naik 8 juta user atau 14.5%. Hingga akhir 2013 diperkirakan bertambah 19 juta user menjadi 82 juta user atau naik 30.1% dari tahun sebelumnya.
Interaksi dengan internet yang tinggi tercermin dari jumlah pemilik akun facebook mendekati 50 juta, Indonesia berada di posisi 4, dibawah Amerika, Brazil dan India. Sedangkan untuk akun microblog twitter, Indonesia berada di posisi lima dengan jumlah akun mendekati 30 juta. Dari angka-angka tersebut dapat disimpulkan bahwa orang Indonesia memiliki trust antara sesamanya, senang berinteraksi, berkomunikasi, hingga terbawa ke dunia maya.
Sedangkan yang berhubungan dengan penggunaan software, data globalstudy.bsa.org menunjukkan 86% user Indonesia menggunakan produk bajakan. Kondisi ini sangat beresiko, karena software baik antivirus maupun system operasi yang tidak teregistrasi secara legal tidak akan mendapatkan update. Sehingga software yang digunakan menjadi tidak up-to-date dan sangat riskan karena banyak celah yang tidak “tertambal”.
Berikut ini ESET Indonesia memaparkan beberapa aspek yang berpotensi mendorong peningkatan traffic serangan malware di Indonesia sekaligus menjawab pertanyaan “ada apa dengan keamanan system komputer Indonesia di dunia maya?”.
Infection Statistics
Data statistic infeksi terbitan Microsoft menunjukkan fakta berkaita dengan resiko penggunaan software bajakan. Microsoft menyampaikan deteksi ancaman di Indonesia mencapai 236% pada akhir tahun 2012 seperti ditunjukkan pada table berikut:
Sumber: Microsoft Security Intelligence Report, December 2012, Microsoft Corp
Yudhi Kukuh menambahkan “Minimnya data deteksi yang masuk ke vendor software akan membentuk gambaran kondisi yang terjadi dinegara tertentu. Berhubung data yang masuk ke vendor software didasarkan pada data yang berasal dari aktivasi penjualan maka, jika di Negara tertentu terdeteksi hanya sedikit pengguna software asli, artinya hanya sedikit pula user yang menggunakan produk yang aman. Untuk kondisi Indonesia dengan pengguna internet dan komputer yang demikian besar, deteksi yang sedikit itu menjadi tidak masuk akal dan kondisi inilah yang meningkatkan level resiko menjadi tinggi”.
Data Prevalensi Malware Indonesia, per 25 Oktober 2013, www.virusradar.com
Seperti telah di tulis sebelumnya, berdasarkan data lansiran globalstudy.bsa.org bahwa 86% user Indonesia menggunakan produk software bajakan, dan hampir dua pertiga komputer ‘menyimpan’ malware. Meskipun jumlah user internet tidak banyak – pada konteks global, tetapi dampak yang ditimbulkan dari situasi tersebut dalam bentuk serangan traffic, dan malware ternyata cukup massif. Upaya untuk penyadaran publik tentang fenomena kejahatan internet dan bahaya malware menjadi kebutuhan, agar bisa memberikan dampak perubahan yang lebih baik untuk keamanan dunia maya Indonesia.